Supported by Blogaul

6 Juni 2011

Sekilas Tentang Fotografi Bawah Air

Revolusi digital di
tahun 2000-an telah membawa pengaruh
yang sangat besar bagi dunia fotografi. Begitu juga terhadap fotografi bawah
air atau
underwater photography.
Biaya untuk menekuni kegiatan underwater
photography pun menjadi murah. Kamera khusus untuk kegiatan
ini, misalnya,
bisa dimiliki dengan uang Rp 10 jutaan (padahal sekitar 10 tahun lalu, harga
kamera bawah air konvensional sekitar Rp
20 juta lebih). Itu pun sudah lengkap
dengan perlengkapan lainnya. Merek-merek kamera ini antara lain Olympus C5060,
Canon S50,
atau Sony DSC-P10. Bahkan kamera mungil sebesar kotak korek api,
Pentax S4i, pun memiliki fasilitas untuk memotret obyek di
bawah air.


Dulu, selain masih memakai film, pemotretan di bawah air juga
masih dibatasi oleh jumlah jepretan, artinya setiap 36 jepretan,
seorang
penyelam harus naik ke permukaan untuk mengganti filmnya. Dan hal itu jelas
sangat membuang waktu. Terlebih, proses
penggantian film untuk kamera bawah air
sangat berbeda dan lebih rumit dibanding dengan penggantian film pada kamera
biasa.
Misalnya, mengganti film untuk kamera bawah air membutuhkan ketelitian
dan kecermatan agar air tidak merusak bagian-bagian
penting kamera. Di samping
itu, sang fotografer juga harus selalu memperhatikan pemakaian sekat-sekat
penahan airnya, apakah
tetap terpasang dengan benar.


Kini, dengan kamera digital, fotografer bisa melakukan pemotretan
sampai ratusan frame dalam sekali selam, tergantung besarnya
kartu memori yang
dipakai. Selain itu, fotografer juga bisa melakukan penggantian ISO/ASA dalam
setiap frame yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan.


Untuk menjadi seorang fotografer bawah air yang baik,
tentunya modal utama yang harus dimiliki adalah mampu melakukan kegiatan
scuba diving (menyelam di dalam air),
terutama buoyancy (kemampuan
mengambang dan melayang di dalam air), serta mengantongi
cukup banyak
pengalaman menyelam. Tanpa kemampuan scuba
diving yang baik, tentunya kegiatan fotografi di bawah air akan
memberikan
hasil yang tidak maksimal, bahkan bisa membahayakan keselamatan si penyelam,
merusak keberadaan karang atau
koral akibat gerakan badan yang berantakan, serta
merusak kamera yang tengah digunakan.


Jenis-Jenis Fotografer
Bawah Air


Dalam fotografi bawah air, secara umum ada dua macam fotografer,
yaitu macro photographer dan wide angle photographer. Macro
photographer adalah para
fotografer yang berminat mengincar obyek-obyek kecil, misalnya ikan-ikan kecil,
kuda laut, siput, udang,
kepiting, dan sebagainya. Sedangkan wide angle photography adalah para
fotografer yang lebih memfokuskan diri mengambil gambar
sudut lebar terutama
pemandangan bawah air. Masing-masing jenis fotografer ini membutuhkan
spesifikasi peralatan yang berbeda.


Macro photographer biasanya beraksi dengan cara "berdiam
diri” di dasar laut, tentunya sambil memperhatikan sekeliling agar
tidak
merusak terumbu karang, mengaduk-aduk pasir sehingga merusak jarak pandang,
atau terserang binatang laut berbahaya.
Sedangkan wide angle photographer biasanya melakukan pemotretan sambil
melayang di dalam air, meskipun banyak juga yang
melakukannya dari permukaan
air.


Saat memulai kegiatan fotografi bawah air, hal yang pertama
yang perlu dilakukan adalah menentukan apakah akan memfokuskan
diri menjadi macro photographer atau wide angle photographer. Sebab, hal ini
akan menentukan barang-barang apa yang perlu dibeli
atau dipersiapkan agar
sesuai dengan kebutuhan.


Jenis-Jenis Kamera
Khusus Bawah Air


Sebenarnya sangat banyak kamera digital khusus fotografi
bawah laut. Tentunya untuk kegiatan ini, kamera yang dipilih haruslah
yang
paling tepat dan sesuai dengan level keterampilan. Secara umum, ada tiga jenis
kamera digital yang tersedia di pasaran,
semuanya bisa digunakan untuk kegiatan
fotografi bawah air. Yang pertama adalah pocket
camera atau kamera saku. Kamera tipe ini
adalah jenis kamera yang paling
sederhana dan didesain untuk mereka yang awam tentang ilmu fotografi. Hampir
semua merek
kamera mengeluarkan kamera jenis ini. Kelebihan kamera ini tentunya
ada pada harganya yang lebih murah dibanding kamera lain.


Yang kedua adalah prosumer
camera atau kamera semiprofesional. Kamera jenis ini didesain untuk mereka
yang antusias terhadap
fotografi tapi belum memiliki dana yang cukup untuk
membeli sistem kamera profesional sekelas DSLR (digital single lens reflex).
Kamera ini mirip dengan jenis pocket camera, tapi memiliki fungsi
kamera yang setara dengan kamera DSLR.


Yang ketiga adalah kamera jenis DSLR. Kamera ini didesain
untuk mereka para fotografer profesional yang sudah sangat mengerti
tentang
aspek-aspek ilmu fotografi. Perlu dicatat bahwa secanggih-canggihnya kamera,
jika tidak ditunjang oleh keandalan si
fotografer, maka hasilnya bakal nol
besar. Dalam hal ini, falsafah "the
man behind the gun" sangat berpengaruh terhadap hasil foto.


Tapi, kamera digital saja belum cukup untuk menyempurnakan kegiatan
fotografi bawah air. Sebelum digunakan di dalam air, kamera
harus ditutupi atau
dipasangi pelindung agar menjadi kedap air. Alat pelindung tersebut lazim
disebut housing. Pada housing juga
terdapat tombol-tombol yang
secara mekanis dihubungkan dengan tombol pada kamera. Jadi, di dalam air,
fotografer dapat men-setting
kamera
seperti yang biasanya dilakukan pada fotografi di darat. Dengan demikian, housing menjadi sangat esensial
dalam
kegiatan underwater photography.
Harga housing ini cukup mahal, bahkan
ada yang harganya lebih mahal dibanding harga
kamera. Selain itu, ada lagi
beberapa peralatan pendukung yang harus dipersiapkan untuk menekuni kegiatan
ini, antara lain flash
light dan
lensa kamera.


Ada beberapa tempat kursus yang
menyelenggarakan pelatihan fotografi bawah air dengan sistem paket, baik untuk
pemula maupun
level-level di atasnya.
Paket pelatihan itu meliputi pelatihan teori fotografi, orientasi fotografi di
darat, praktik fotografi bawah air di laut,

serta dasar-dasar olah digital
fotografi bawah air. Biasanya, materi-materi yang diberikan kepada pemula yakni
pengenalan konsep-konsep
dasar fotografi; pengenalan aperture, shutter speed, ISO,
dan white balance; pelatihan flash light photography;
pengenalan
tentang underwater environment; serta
optional post processing.


Menggunakan Model
Sebagai Obyek


Memotret manusia atau seorang model di kolam renang atau di
laut juga menawarkan tantangan tersendiri. Fotografi jenis ini masih
sangat
baru di Indonesia.
Hal ini tidaklah mengherankan karena kesulitan yang muncul pada sesi
pengambilan gambar sangatlah
banyak dan beragam, mulai dari sulitnya mencari
lokasi, bagaimana men-setting lokasi, bagaimana kemampuan si fotografer dan
crew,
hingga bagaimana cara menyiapkan sang model.


Seorang model fotografi bawah air yang baik harus memiliki
mental dan fisik yang kuat serta ditunjang pengetahuan dan keterampilan
yang
baik. Memotret seorang model yang berpose secara natural di bawah air tanpa
peralatan apa pun bukanlah pekerjaan yang
mudah karena membutuhkan latihan yang
terus-menerus.


Saat memotret sang model, si fotografer harus berinteraksi
dengan model hanya dengan mengandalkan "hand signal". Selain itu, bagi
si model sendiri, pemotretan
pada kedalaman lebih dari dua meter tanpa menggunakan scuba sangatlah berisiko, terutama risiko
tenggelam atau masuknya air
ke paru-paru. Persiapan pemotretan jenis ini harus direncanakan dengan teliti. Fotografer
pun hanya
memiliki waktu yang sangat sempit untuk mengambil gambar model pada
setiap posenya.





* Dari berbagai sumber


0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...